Kota Palembang punya banyak tempat bersejarah yang menyimpan sejuta misteri. Bisa jadi tempat bersejarah tersebyt berkali-kali kita lewati setiap hari. Tapi kita tidak tahu kalau tempat itu mempunyai nilai sejarah. Salah satunya Bukit Siguntang yang terletak di Kecamatan Ilir Barat (IB) I.
Objek wisata arkeologi ini, tampak seperti biasa, diramaikan anak-anak muda dan beberapa pengunjung. Sedikit naik ke puncak bukit, bau kemenyam begitu menyengat dan kita akan melihat sejumlah makam di dalam pondok kecil. Dua orang tampak sedang khusyuk berziarah di pinggir makam Panglima Tuan Djungjunganga, salah satu dari delapan makam di puncak Bukit Siguntang.
Bukit ini punya sejarah penting, terutama pada masa Kerajaan Sriwijaya. "Dahulu Bukit Siguntang jadi tempat peribadatan agama Buddha saat zaman Kerajaan Sriwijaya," jelas Drs Nurhadi Rangkuti MSi, Kepala Balai Arkeologi Palembang.
Pada zaman penjajahan Belanda, lanjut Nurhadi, di bukit setinggi 27 meter ini sudah ditemukan beberapa artefak seperti arca Buddha dan prasasti. Selain itu dalam penggalian pada tahun 1950-an juga ditemukan struktur bangunan kuno berupa stupa yang merupakan bangunan umat Buddha.
Pada tahun 1980-an juga ditemukan sisa bata kuno di sekitar bukit. Lalu apa mungkin masih ada situs, arca, atau artefak yang belum ditemukan di Bukit Siguntang? "Sulit untuk melacaknya karena di atas bukit sudah dibangun banyak bangunan baru, seperti menara pandang dan sebagainya," kata Nurhadi
Dahulu, bukit ini dikelilingi rawa-rawa. Biasanya rawa-rawa dijadikan tempat pemukiman dengan rumah panggung, sedangkan tanah kering seperti Bukit Siguntang dijadikan kuburan dan tempat peribadatan.
Selain jadi tempat sakral bagi umat Buddha, menurut legenda, bukit ini juga tempat turunnya raja-raja Melayu. Tidak heran memang, karena kekuasaan Sriwijaya tidak hanya di Nusantara tetapi juga sampai ke Semenanjung Malaya. "Banyak sekali keturunan Melayu di sana. Mereka menganggap raja-raja mereka keturunan Palembang," ujar sarjana Arkeologi Universitas Indonesia ini.
Lalu, bagaimana dengan makam-makam di atas puncak bukit? "Makam-makam ini belum bisa dibuktikan kebenarannya. Legendanya memang ada, tapi data sejarah seperti piagam atau naskah mengenai makam belum bisa ditemukan," tukas Nurhadi.
Jadi memang belum bisa dipastikan apakah nama-nama Radja Gentar Alam, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Panglima Bagus Kuning, Panglima Bagus Karang panglima Tuan Junjungan, Panglima Batu Api, dan Panglima Jago Lawang dahulu memang pernah ada dan dimakamkan di situ. Menurut Nurhadi, legenda itu barangkali saja ada dan dituturkan dari mulut ke mulut secara turun-temurun.
"Sudah sejak lama pula Bukit Siguntang jadi tempat keramat dan hingga kini tetap dikeramatkan orang," ungkap magister bidang goegrafi yang dulu pernah bertugas di Balai Arkeologi Jogjakarta ini.
Meski begitu, bukit ini tetap ramai dikunjungi para penziarah, dari yang sekedar mendoakan hingga minta "aneh-aneh". tidak terkecuali muda-mudi yang tetap enjoy berduaan, meskipun tempat ini dikenal angker dan dikeramatkan oleh warga Palembang.
Saat ini, kata Nurhadi, objek sejarah ini lebih dimanfaatkan untuk wisata ziarah dan rekreasi dan belum maksimal ke wisata sejarah. Ia berharap objek Bukit Siguntang ini bisa lebih dikembangkan untuk kepentingan arkeologi. "Perlu dipublikasikan ke masyarakat bahwa ini tempat keramatnya Sriwijaya. Yang penting harus dipertahankan keberadaan lokasinya," pungkas Nurhadi.
Sumatera Ekspres, Jumat, 4 Januari 2013
Makam Radja Gentar Alam | Makam Putri Rambut Selako |