Monday, 17 September 2012

Wajah International Plaza (IP) Tempo Doeloe

Share on :



Bekas Bioskop Yang Disulap Jadi Mall Pertama di Metropolis
Gedung International Plaza (IP) di kawasan Jl Jendral Sudirman berdiri megah sejak Februari 1991. Namun, anak-anak muda asli Plembang mungkin tak banyak mengetahui, mall pertama di metropolis tersebut merupakan bekas sebuah bioskop bernama International. Apa pula yang melatarbelakangi para pemilik bioskop, terdiri dari berbagai etnis, menyulapnya menjadi sebuah mall?

Sejak berabad-abad lamanya, pasar 16 Ilir diyakini sudah menjadi pusat perdagangan. Mempertemukan para pedagang luar hingga lokal. Nah, usai kemerdekaan tahun 1945 lalu, pusat perdagangan tersebut diyakini terus berkembang ke jalan Jendral Sudirman.

Dari pasar 16 Ilir, hingga Sudirman terus dibangun pertokoan serta tempat hiburan. Salah satunya di kawasan simpang empat International Plaza (IP) saat ini. Ditempat ini dulunya ternyata terdapat sebuah bioskop. Namanya bioskop International Palembang.

Bioskop dibawah naungan NV (semacam PT,red) dibangun sejak Februari 1952. Para pemilik saham atau ownernya terdiri dari berbagai etnis. HM Amin serta H Hasanuddin (wong Plembang, red), Said Abdurahman bin Alwi Assegaf (keturunan Arab, red) serta Tan Kak, Liau Lee dan Jap Sung Sing (keturunan Chinese,red). Nama bioskop International pun diyakininya dengan alasan perpaduan etnis para pemilik bioskop tersebut.

“Zaman dulu, bisnis bioskop memang berkembang. Bisa dikatakan hiburan utama masyarakat,” ungkap M Nasir Amin, anak kelima almarhum HM Amin kepada Sumeks Minggu, ditemui dikediamanya, Jl KA Dahlan, Lrg Soak Bato No 2 Kelurahan Talang Semut Kecamatan Bukit Kecil Palembang, Kamis (6/10) lalu.

Pada tahun 1950 an saja, seingat Nasir terdapat beberapa bioskop. Seperti bioskop Mahkota yang sekarang menjadi JM, Jl Letkol Iskandar. Kemudian bioskop Saga yang sekarang menjadi kantor Dinas Pendapatan (Dispenda) Palembang, Panca warna di kawasan Cinde yang menjadi eks bioskop Cineplex, Intium/Mustika yang sekarang menjadi balai Prajurit di kawasan Pasar Sekanak, bioskop Raya depan Majid Agung serta bioskop Rosida di pasar Sekanak.

Hanya saja, dari beberapa bioskop tersebut, Amin menyatakan bioskop International merupakan bioskop terbesar. Karena daya tampungnya yang cukup besar. Hanya saja, akhir tahun 1980 an, para pengunjung bioskop secara global mengalami penurunan. Dampak keluarnya kaset video serta didominasinya film lokal serta luar negeri membuat penggelola bioskop kesulitan berkembang.

Alasan ini pula yang membuat generasi kedua dari pemilik bioskop International putar otak. Yang ujung-ujungnya mengeluarkan ide brilliant dengan memberanikan diri membangun pusat perbelanjaan skala besar yang sekarang disebut mall.



Ubah Mindset Perwajahan Palembang
Dibawah naungan PT Indah Plaza International, gedung berlantai lima dibangun dengan nama International Plaza akrab disebut IP, mulai dibangun tahun 1989. Gedung bioskop yang dulunya menghadap ke jalan Jendral Sudirman sedikit bergeser dan mengarah kedua sudut jalan. Jendral Sudirman serta Jl Letkol Iskandar. IP sendiri mulai beroperasi sejak Februari 1991, dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumsel kala itu, H Ramli Hasan Basri.

Dampak pembangunan IP dikatakan Nasir Amin yang kini duduk sebagai Komisaris IP, cukup besar. Pertama, mindset perwajahan Palembang berubah menjadi lebih maju dengan berdirinya sebuah plaza atau mall.

“Temen saya dari Jawa yang sempat gak mau datang ke Palembang karena dulu masih dianggapnya seperti dusun terkejut dengan pembangunan plaza tersebut,” ungkap Nasir tersenyum.

Didukung berbagai tenant terkenal, sebut saja Matahari Departemen Store yang menyewa 3,5 lantai IP, KFC, food court, 21 dan lainnya pengunjung IP pun membludak. Bahkan, saat awal dibuka, IP seperti menjadi Ikon Palembang. Masyarakat luar Palembang asal Sumsel, saat plesiran berusaha menyempatkan diri datang ke mall ini. (wwn)

Written by: samuji Selasa, 11 Oktober 2011 11:47 | Sumeks Minggu

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Kunjungannya Saudara-saudaraku