Monday 1 October 2012

Kambang Iwak

Share on :



Kolam Retensi Pertama Peninggalan Belanda
Terhubung Dengan Terowongan Bawah Tanah, Tembus ke Sungai Musi? Kambang Iwak (KI) yang selama ini dikenal masyarakat Palembang sejatinya sekedar kolam retensi. Tempat pembuangan air pada sebuah pemukiman dan kini banyak bertebaran di sudut kota. Namun, kolam yang dibangun pada masa penjajahan kolonial Belanda ini, diyakini memiliki banyak kelebihan. Salah satunya terhubung dengan terowongan bawah tanah dan tembus ke sungai Musi. Benarkah?

Ditinjau dari kacamata sejarah, mungkin tidak banyak hal menarik dari KI. Paling tidak itu disampaikan secara tersirat oleh Kemas Aripanji SPd MSi, Sekretaris Masyarakat Sejarawan Indonesia cabang Sumsel.

Kepada Sumeks Minggu, Aripanji yang juga dosen Fakultas Adab IAIN Raden Fatah menilai, berdasarkan fakta sejarah, KI merupakan bagian dari pemukiman Belanda. Dibangun di kawasan Talang Semut, Bukit Kecil awal abad ke-20 lalu.

Pemukiman tersebut dirancang dekat dengan pusat pemerintahan, kantor ledeng. Itulah sebabnya, yang bisa dilihat hingga kini, perumahan di kawasan tersebut masih banyak menyisakan arsitektur Kolonial. Termasuk beberapa gereja tua yang memang dibangun pada masa penjajahan.

Yang menonjol, rumah dinas Walikota di Jl Tasik sebelah KI yang dulunya bekas rumah Residen Belanda. Dibawah tahun 1960, Rumah Dinas Walikota ini sempat juga menjadi tempat kuliah dengan nama Perguruan Tinggi (PT) Sjakhyakirti, yang merupakan cikal bakal terbentuknya Universitas Sriwijaya (Unsri).

“Dulu nama jalan di kawasan Talang Semut menggunakan nama-nama Belanda. Sejak zaman kemerdekaan memang sudah dirubah,” ujar Aripanji dibincangi, Rabu malam (30/11) lalu.

Hal berbeda didapat koran ini ketika berbincang dengan Kepala Badan Lingkungan Hidup Palembang, Ir Kms Abubakar. Dimintai komentarnya masalah KI, pria yang dikenal concern menjaga kualitas lingkungan di metropolis langsung terlihat interest.

Karena pria berkacamata ini melihat KI dari sisi tata ruang, kualitas lingkungan yang hingga kini tidak bisa ditandingi oleh pemukiman lain di metropolis.

Ikuti Pasang Surut Sungai Musi
Dibincangi koran ini di ruang kerjanya, Kamis (1/12) lalu, blak-blakan Abubakar memberikan acungan jempol terhadap rancangan tata ruang oleh pemerintah Belanda. Menurutnya, konsep dibangun kolonial membangun kawasan Talang Semut dirancang sedemikian rupa. Dengan teknologi kala itu yang termasuk tinggi dan perhitungan mendetail, kawasan tersebut sengaja dibangun dan dipersiapkan hingga puluhan tahun ke depan.

Hasilnya, tanah serta perumahan di kawasan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Jauh dibanding pemukiman lain. Selain tata ruang, lingkungan yang mengedepankan penghijauan membuat nilai kawasan membumbung tinggi.

“Yang namanya perumahan, kalau sudah ada embel-embel green (hijau, red) itu harganya pasti tinggi. Yang bisa menyaingi Kambang Iwak, itu cuma perumahan Ciputra yang kawasanya masuk Palembang dan Banyuasin. Perumahan Ciputra itu, ruang hijaunya mencapai 68 persen. Kalau KI, sejak awal dibangun, ruang hijaunya mencapai 70 persen,” ungkap Abubakar panjang lebar.

Dengan tingginya ruang terbuka hijau dimiliki KI, hingga kini kawasan tersebut menjadi pusat percontohan. Bahkan, dua kali tercatat KI dianugerahi Taman Kota Terbaik di Indonesia. Itu terjadi tahun 2008 serta 2010 lalu.

Keunikan lain dimiliki KI, ternyata naik turunya permukaan air berhubungan dengan pasang surut sungai Musi. Sejak lama diperhatikan, Abubakar melihat tiap kali sungai Musi pasang, permukaan air KI ikut naik. Sungai Musi turun, permukaan KI ikutan turun.

Apa hubunganya? Dikatakan Abubakar dari cerita masyarakat yang pernah didengarnya, pembuangan air di KI dihubungkan oleh terowongan bawah tanah ke sungai Musi.

Hingga kini, Abubakar sendiri mengaku belum pernah melihat terowongan tersebut. Namun, ia sangat menyakini adanya terowongan tersebut.

“Kalau dicari pasti ada. Soalnya memang KI berhubungan dengan sungai Musi. Lihat saja teori Archimides. Ketika dua permukaan diisi dengan air, tinggi air akan sama. Ini yang terjadi pada KI dan sungai Musi,” jelasnya. (wwn)

Written by: Samuji Selasa, 06 Desember 2011 12:25 | Sumeks Minggu

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Kunjungannya Saudara-saudaraku